Membangun Ekosistem Industri Digital untuk Mendorong INDONESIA Sebagai Raksasa Teknologi ASIA
Melihat jumlah populasi yang ada, Indonesia menyimpan potensi yang sangat besar. Saat ini negeri kita berpenduduk sekitar 259.1 juta. Berdasarkan data yang dihimpun dari We Are Social (2016), pengguna internet Indonesia sekitar 88.1 juta orang dengan pengguna media sosial sebanyak 79 juta. Sementara itu, jumlah pengakses social media dari smartphone sebanyak 66 juta. Yang menarik, jumlah pelanggan seluler yang terkoneksi dengan handphone jauh melebihi populasi yaitu mencapai 326,2 juta. Hal ini karena satu orang bisa memiliki lebih dari satu nomor ponsel. Tentunya ini merupakan angka yang fantastis.
Hasnul Suhaimi, Mantan CEO XL Axiata sekaligus Pembina Indonesia Technology Forum (ITF) mengatakan bahwa Indonesia mempunyai peluang untuk tumbuh sangat cepat dan besar. “Kebutuhan terbesar adalah dukungan dari pemerintah untuk membangun ekosistem industri digital di Indonesia agar bisa mengatasi ketertinggalan dari negara lain. Penetrasi Internet harus bisa ditingkatkan dengan cepat. Pemerintah juga harus membuka jalan dan memberikan berbagai insentif agar industri digital ini bisa tumbuh dan mendapat akses pendanaan,” ujar Hasnul Suhaimi.
Sementara itu infrastruktur jaringan seluler juga kian berkibar dengan telah dikomersialkannya layanan 4G LTE oleh semua operator yang ada di Indonesia. Salah satunya adalah XL Axiata yang agresif dalam mengembangkan teknologi jaringan generasi keempat tersebuy. Hal ini diungkapkan oleh Direktur/Chief Services Management Officer XL, Yessie D. Yosetya yang mengatakan 4G LTE merupakan kunci utama dari strategi XL untuk tetap menjadi yang terdepan dalam penyediaan layanan internet mobile guna memenuhi kebutuhan pelanggan terhadap layanan Internet kecepatan tinggi.
“Selama kuartal pertama tahun 2016, XL telah membangun 3.286 BTS 4G, dengan cakupan mencapai lebih dari 36 kota/wilayah di Indonesia. Meningkatnya penggunaaan 4G LTE dan handphone yang memiliki kemampuan akses data sangat mendorong adanya peningkatan traffic layanan data. Di kuartal pertama 2016, traffic layanan data tumbuh 94% YoY, dengan total pengguna layanan Data mencapai 22,8 juta atau 54% dari total jumlah pelanggan. Sementara, laju penetrasi pengguna smartphone di XL mencapai 48% dengan pertumbuhan sebesar 19% YoY yang mencapai sebesar 20,5 juta pengguna,” ujar Yessie.
Di industri digital, perangkat memiliki peran yang sentral. Karena dari sinilah akses ke dunia digital dimulai. Bagi produsen global, Indonesia adalah pasar yang menggiurkan karena populasi yang tinggi dan daya beli yang tergolong baik. Tak heran jika smartphone dari merek global membanjiri Tanah Air. Di sisi lain, brand nasional juga muncul bersaing di pasar yang ketat. Walaupun ada yang tumbang dan ada yang terus eksis bahkan kian membesar.
Advan adalah contoh brand nasional yang tergolong sukses di kancah industri mobile. Berkat inovasi dan strategi yang jitu, sukses mengantarkan Advan menjadi brand tablet no 1 di Indonesia. Perolehan tersebut, bahkan mampu menggungguli raihan jajaran merk global dilevel kawasan Asia Pasifik.
Berdasarkan data dari IDC, diantara 19 negara APEC, tablet shipment Advan mampu menduduki rangking ke-2 setelah Samsung dan diatas iPad pada Q-1 tahun 2015 di kawasan Asia Pasifik. Hal ini semakin membuktikan eksestensi brand lokal mampu menyaingi besarnya gempuran brand global tablet PC.
Melibatkan 900 orang karyawan pabrik, Advan telah berkontribusi nyata terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat. Penerapan alih teknologi pabrik Advan memiliki dampak yang positif terhadap peningkatan standar kompetensi karyawan ditengah era persaingan pasar bebas. “Selaku brand teknologi kebanggaan Indonesia, Advan mengambil langkah mengembangkan teknologi tanpa mengesampingkan kemajuan ekonomi nasional. Melalui penanaman modal pada industri, kami berkomitmen mendukung kemajuan teknologi komunikasi Indonesia secara jangka panjang,” ujar Tjandra.
Salah satu startup lokal yang terbilang berhasil adalah Picmix. Aplikasi ini didirikan pada 2012 sebagai aplikasi smartphone untuk berbagi foto dan berhasil menarik jutaan pengguna di seluruh dunia. Saat ini aplikasi tersebut telah mencapai lebih dari 27 juta pengguna di seluruh dunia secara organik dengan sekitar 7 ribu sampai 10 ribu pendaftar baru tiap hari.
“Hari ini, PicMix telah bertransformasi menjadi social commerce dan platform penemuan konten yang menghubungkan merek, pemilik bisnis, pembeli dan penjual kepada jutaan pengguna melalui layanan berbagi foto dan video. Kami kuat di Indonesia, Afrika Selatan, Nigeria, Venezuela dan negara-negara emerging market lainnya,” ujar Calvin Kizana, Founder & CEO Picmix.
Selain PicMix, Kurio menjadi aplikasi lokal dengan pertumbuhan yang pesat. Aplikasi berita di Indonesia yang berada di bawah naungan Merah Cipta Media (MCM), salah satu perusahaan dari GDP Venture, terus mengembangkan produk dan teknologi serta memperluas jangkauan penggunanya ditengah pertumbuhan pesat pengguna mobile di Indonesia.
Sejak diluncurkan pada tahun 2014, Kurio memposisikan diri sebagai platform bagi publisher online untuk memperluas penyebaran konten dan mendapatkan pembaca yang lebih banyak. Hingga saat ini, Kurio telah bekerja sama dengan 200 publisher online ternama di Indonesia untuk menghadirkan konten yang terpercaya.
Aplikasi Kurio saat ini tersedia di smartphone untuk platform iOS dan Android. Hingga Januari 2016, tercatat penggunanya telah mendekati 500.000 download di mana 75% adalah pengguna Android dan 25% pengguna iOS dengan MAU (Monthly Active Users) sebesar 50%.
David Wayne Ika, Founder & CEO Kurio mengatakan latar belakang Gunosy di big data, teknologi machine learning dan metric data driven-nya dapat menjadi sebuah pelajaran penting bagi tim engineering dan tim growth di perusahaannya.
Saat ini Indonesia mendapat julukan “Raksasa Teknologi Digital Asia yang Sedang Tertidur”. Julukan tersebut tidaklah salah, karena potensi indonesia sangatlah besar di industri digital. Menurut Yusuf Mars, Ketua Indonesia Technology Forum, saat ini sudah bermunculannya startup dan brand smartphone nasional yang semakin dipercaya oleh sebagian masyarakat. Namun, di sisi lain, masih minim penghargaan atau apresiasi masyarakat Indonesia terhadap produk dalam negeri.
“Untuk itu perlu gerakan secara masif dan terukur serta sistematis untuk membangunkan Raksasa Teknologi Digital Asia yang sedang tidur ini dan bahu membahu menjadi kekuatan besar,” ujarnya. Menurut Yusuf, gerakan Cinta Teknologi Indonesia sangat diperlukan agar karya buatan Indonesia menjadi tuan rumah di negeri sendiri, menjadi kebanggaan masyarakat, sekaligus tumbuh menjadi kekuatan besar di Asia.